Cabe jamu merupakan tanaman asli jawa, hidup menjalar pada pohon atau bebatuan. Tanaman ini masih satu keluarga dengan lada dan sirih. Sesuai dengan namanya buah cabe jamu digunakan untuk bahan ramuan pembuatan jamu. Selain itu juga bisa digunakan untuk tambahan bumbu masakan. Buah Cabe yang muda bisa langsung dicampurkan pada osengan..... rasanya ...... blarrrrrrr!!!! Pedassss......panaasss!
Cabe jamu seperti halnya merica/lada, yang memberikan efek panas pada suhu tubuh.
Cabe jamu seperti halnya merica/lada, yang memberikan efek panas pada suhu tubuh.
Di daerah kami budidaya tanaman cabe jamu sudah mulai memasyarakat walaupun masih dalam skala kecil, teknik pengembangannya pun masih secara tradisional, lahan yang ditanami juga hanya memanfaatkan lahan di pinggiran ladang ataupun pekarangan. meski sebenarnya nilai jual buah cabe jamu ini lumayan tinggi, lebih tinggi dari harga hasil tanaman palawija pada umumnya. Ini tentunya bisa menambah penghasilan keluarga.
berikut ini saya mencoba uraikan sedikit pengalaman budidaya cabe jamu lahan kering di daerah saya:
1. Pembibitan.
Pembibitan pada umumnya dilakukan dengan teknik vegetatif. Yaitu dengan memotong pucuk dahan yang masih muda / sulur.
Sulur yang bisa dijadikan bibit ada 2 macam yakni sulur panjat dan sulur tanah. sulur panjat adalah cabang baru untuk merambat ke atas, memiliki akar gantung, daunnya agak lebar, berwarna hijau segar. Sedangkan sulur tanah terletak di bagian bawah menyusuri tanah, akar menancap ke tanah, daunnya kecil-kecil, tumbuh dari pangkal akar. bibit dari sulur tanah ini lebih baik daripada bibit dari sulur panjat. karena lebih cepat tumbuh berkembang. cara memperoleh bibit adalah dengan memotong sulur tersebut sepanjang 25-30 cm.
Pembibitan ini lebih baik dilakukan pada awal musim penghujan. Karena pada musim ini sulur-sulur cabe bersemi dan banyak.
Sebelumnya persiapkan lebih dahulu media tanamnya. pilih lokasi yang sekiranya mendapatkan sinar matahari langsung sepanjang hari, tanpa terhalang pepohonan. selanjutnya adalah mempersiapkan lanjaran. usia cabe jamu ini tergolong cukup lama, oleh karena itu lanjaran harus terbuat dari bahan yang tahan lama pula. di daerah saya pada umumnya lanjaran hanya memanfaatkan galengan batu di pinggiran ladang. meskipun sebenarnya lanjaran bisa saja terbuat dari cor beton, batu bata merah yang disusun ataupun pasak kayu. namun cabe jamu yang berlanjaran galengan batuan kapur ini bisa bertahan hidup, meskipun pada musim kemarau panjang sekalipun. kualitas buahnya pun juga baik. selanjutnya penanaman dilakukan pada tanah di sekitar lanjaran tersebut.
3. Perawatan.
Tanaman hendaknya tetap terjaga dari rumput-rumput yang akan mengganggu perkembangan cabe. selain itu yang lebih penting adalah membasmi hama tanaman. Hama tanaman ini kebanyakan adalah kutu putih, menyerang pada daun yang mengakibatkan daunnya kering mengelinting, hal ini dapat ditanggulangi dengan penyeprotan Insektisida. Kendala lainnya adalah faktor alam apabila terlalu banyak diguyur air hujan, maka akan mengakibatkan daun-daunnya rontok. Dalam kondisi seperti ini cabe bisa saja mati.
4. Pemanenan.
4. Pemanenan.
Buah cabe apabila sudah matang maka akan berubah dari warna hijau, kekuningan lalu menjadi merah. Buah yang sudah berwarna merah ini, mudah sekali membusuk karena lunak.
maka dari itu buah harus dipetik secara bertahap, jangan tunggu sampai buah menjadi merah semua. lebih baik memilih buah yang sekiranya sudah hampir matang.
5. Penjualan.
Hasil panen buah cabe bisa dijual langsung kepada pengepul dalam keadaan basah atau dikeringkan dulu. pengeringan cabe ini dilakukan dengan cara dikukus lebih dulu baru kemudian dijemur sampai kering. tentunya nilai jual cabe basah dan kering berbeda, karena beratnya juga berbeda.
Demikian sedikit uraian ini kami buat berdasarkan pengalaman sendiri. Kami mengharapkan ada pembaca yang kebetulan punya pengalaman serupa mau berbagi teknik yang baik, agar budidaya cabe jamu pada masyarakat daerah kami ini bisa ditingkatkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar