Pada zaman dahulu dusun ini merupakan sebuah ladang/tegalan (orang jawa menyebutnya dengan talunan). Kemudian dibuka untuk dijadikan pemukiman / pekarangan, sehingga nama karangtalun ini berasal dari kata Karang yang artinya Pekarangan dan Talun berarti ladang/tegalan. Karangtalun berarti ladang/tegalan yang dijadikan pekarangan. Sayang sekali kami belum bisa menemukan sumber/babat yang menyebutkan tahun berapa karangtalun ini ada. yang tertulis disini merupakan resume cerita-cerita dari para sesepuh dusun.
Dikisahkan Kaki mpon/Ki Poyono adalah seorang warga dari Dusun Poro Desa Tlogosari yang membuka pemukiman ini. Tegalan karangtalun merupakan milk ki Poyono, Lahan yang beliau kelola meliputi wilayah karangtalun saat ini.
Pada waktu itu hasil pertanian dari ladang ki poyono, cukup melimpah. Namun sayangnya tak luput dari serangan hama binatang liar pada malam harinya. Akhirnya beliau ngranggon (=jawa) / menginap di ladang, demi menjaga tanaman tersebut. Sang istri pun menemaninya setiap malam. di sekitar tempat menginapnya dibuatlah pagar yang terbuat ceblok/pasak-pasak kayu
Karena terlalu sering menginap di ladang, lama-kelamaan Ki Poyono memutuskan untuk bermukim di ladangnya. Beliau lalu mendirikan rumah. Rumah baru yang ia buat ini berada di sebelah timur dari tempat ngranggon dulu. Kemudian secara perlahan disusul anak keturunannya membuat rumah-rumah pula di sekitarnya. dan terus berkembang hingga menjadi dusun karangtalun saat kini.
Waktu pun terus berlalu lokasi ngranggon Ki Poyono ini ditengahnya ada 4 pohon besar. Keempat pohon ini merupakan bekas ceblok /pasak yang dijadikan pagar ngranggon ki poyono. tempat ini dikelilingi hutan bambu yang lebat sekali. Banyak burung tinggal di siitu, diantaranya burung hantu, gagak, dares dan banyak sekali spesies burung kicau lainnya. Petilasan ini lalu disebut "kakimpon" sedangkan keempat kayu besar itu disebut Kayu Punakawan. mengapa demikian? karena keempat pohon ini secara fisik dahannya terbentuk alami, mirip dengan keempat anggota punakawan dalam pewayangan. Semar, Bagong, Gareng dan Petruk. Kayu apa saja itu ?
(1) Pohon Unut bentuk batangnya paling besar gemuk, daunnya lebat tetapi agak pendek jika berbuah banyak sekali burung kicau menghinggapi disebut kayu Semar.
(2) Pohon Gadok batangnya besar dan lebat lebih tinggi dari kayu unut getahnya sangat pahit, sering digunakan untuk mengobati hewan ternak yang terserang kudis disebut kayu Bagong.
(3) Pohon Pule ini disebut kayu gareng karena ada dahannya yang mirip tangan gareng
(4) Pohon keempat ini belum ada keterangan yang jelas, termasuk jenis apa kayunya. Warga menyebutnya Kayu Karangtalun, dan memang di sekitar daerah sini belum kami jumpai kayu jenis ini. Pohon keempat ini paling tinggi dan disebut kayu Petruk.
Demikian sejarah singkat awal mula dusun karangtalun,
Kami terus berupaya menggali potensi yang ada di dusun karangtalun, agar tulisan yang ada pada blog ini valid.
.
Narasumber : Ki Sarmadi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar